Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Februari 2015

Lembar Warni Telaga Warna

Hai, para wiholic (Wisata Holic)!

Di postingan ini, kulo mau ceritain pengalaman seru kulo saat kulo mengunjungi salah saatu destinasi wisata di dataran tinggi Dieng. Selain kulo dan kawan-kawan mengunjungi berbagai obyek wisata di daerah dataran tinggi Dieng, kini tibalah kami di obyek wisata Telaga Warna. Hanya dengan dua ribu rupiah, kami sudah bisa masuk ke obyek wisata andalan ini. Pasti wiholic bertanya-tanya, dapet apa, sih, dengan dua ribu rupiah tersebut?


Hm, mengenai apa yang kita dapatkan, itu jangan ditanya dulu. Karna nantinya, saat wiholic sudah melewati gerbang keluar, wiholic bakal bertanya-tanya, bagaimana bisa dengan dua ribu rupiah tadi kita bisa menikmati obyek wisata yang menawan ini?

Jadi gini, nih, saat kulo bersama temen-temen kulo yang saat detik itu udah jadi bule negro lokalan mengunjungi obyek wisata ini, kami tak hanya melihat satu atau dua wisatawan asing (non lokal lho, yaaa). Kami melihat banyak sekali wisatawan asing yang mengunjungi obyek wisata tersebut. Itu berarti, obyek wisata ini bukan merupakan obyek wisata kecil. Itu berarti obyek wisata ini sudah dikenal oleh para wisatawan asing. Tak hanya wisatawan asing, wisatawan domestik pun tak kalah banyak kami temui di Telaga Warna ini. Wooww, lares maneeess, nih wisata.

Yap, sebelum kulo lanjut mengenai apa dan bagaimana obyek wisata ini, kulo punya sedikit cerita legenda Telaga Warna yang kulo baca dari buku Ensiklopedi Toponimi Eks Karesidenan Kedu.
Konon, ada satu telaga yang dihinggapi pakaian serta selendang milik sang ratu dan putrinya. Saat itu, sang ratu dan putrinya sedang asyik berkecimpung di dalam salah satu telaga yang airnya sangat sejuk serta tenang. Telaga tersebut dinamakan dengan Telaga Pengilon. Saat selendang milik ratu dan putri yang berwarna-warni terjatuh di salah satu telaga lain, sesaat air telaga itu berubah warnanya, lalu terciptalah telaga warna sebagai akibat jatuhnya pakaian sang ratu dan putrinya (“yang luntur”) ke dalam air telaga itu.

Itu dia, wiholic, sedikit cerita legenda mengenai terbentuknya Telaga Warna. Hingga saat ini pun telaga ini memiliki warna air yang sangat ayu. Telaga ini diwarnai dengan warna gradasi hijau, semakin ke pusat, semakin pucat warna hijaunya.



Naaah... cantik, kan?. Telaganya maksudnya... bukan orangnya.. Eitt, tapi kalo wiholic bilang orangnya yang cantik juga gapapa ding, mudah-mudahan wiholic bisa kecipratan cantiknya orang yang ada di foto itu hehe *apasih-_-*.

Selain dengan kecantikan warna airnya, Telaga Warna ini dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang menambah cantiknya pemandangan di obyek wisata ini. Cocoook banget buat para muda yang hobi jepret-menjepret.

Wiholic, wiholic perlu tahu bahwa di telaga warna ini, ada dua batang ranting yang entah, mungkin karena roboh lama atau bagaimana, dua ranting ini letaknya menjorok ke telaga. Bisa dilihat di foto kulo di atas tadi. Itu merupakan batang pohon yang pertama, untuk sampai dan berdiri di tempat kulo tersebut, benar-benar dibutuhkan adrenalin yang kuat, karena ketika sekali saja batang ini diinjak, goyangnya nggak habis-habis!. Huu ngeriii.

Lalu ada satu batang pohon lagi, batang ini lebih bagus bentuknya, dan yang pasti batang ini dua kali lebih panjang ukurannya. Bayangin aja deh, betapa kerennya siapapun yang berani menaikinya dan berjalan hingga ujung.

Weittt, wiholic wajib liat foto ini :



Wiholic nggak perlu liat orangnya, bahkan wajahnya, yah. Karna sangat mustahil buat wiholic yang demen mau liat wajahnya. Yang penting, yang ingin kulo tunjukin disini adalah batang pohon kedua yang panjangnya mencapai dua kali lipat dari batang pohon  yang pertama. Sayang oh sayang, adrenalin kulo enggak nyampe ujung yang paling ujungnya, noh, disonoo, wiholic bisa liat sendiri kayak apa bentuknya. Bukannya apa-apa, sih, Cuma kulo nggak mau aja kalo telaga warna yang ayu ini mendadak berubah menjadi telaga candy chocolate yang disebabkan karena warna cokelat dari kulitku, serta manisnya diriku *maaakk-_-*.

Warna air yang ayu, dikelilingi oleh bukit-bukit hijau, cocok buat hunfot, apalagi??
Banyak laginya!. Wisata ini juga menyediakan wahana adrenalin lainnya, yakni wahana Flying Fox

Lihat ini :



Waaww... keren gilak!. Tak hanya itu, loh laginya. Jika kita terus mengelilingi telaga ini, kita akan menemukan beberapa gua, yakni ada Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati, Gua Sumur Eyang Kumalasaari, dan Gua Jaran Resi Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso.

Lengkap sudah, bukan?. Bagaimana?. Ada yang bisa menjawab pertanyaan saya di awal tadi?
Mengenai bagaimana bisa hanya dengan dua ribu rupiah kita bisa menikmati berbagai keindahan serta keunikan yang ada di obyek wisata Telaga Warna ini?.
Mungkin tak cukup bagi para wiholic yang cuma baca postingan ini. Kini wiholic harus ikut berkunjung dan menikmati pula keindahan salah satu destinasi wisata yang ada di nusantara tercinta ini.

Mari, berwisata keliling Nusantara!!


Selasa, 10 Februari 2015

Sejuk Rogoselo, Sejuk Air Mataku



Hmm.. Indah menawan bukan?.

Ya, pemandangan seperti itu bisa pembaca nikmati di salah satu wisata alam di kabupaten Pekalongan yang pernah saya kunjungi.

Saat itu saya mengunjungi tempat ini pada saat kegiatan Pengukuhan Pramuka Bantara. Begitu nikmatnya kegiatan ini dengan lumuran pemandangan seperti gambar diatas, dan dengan segala fasilitas-fasilitas alami yang bisa didapatkan di desa wisata ini.

Wisata Alam ini terletak kurang lebih 14 km dari ibu kota kecamatan Doro, tepatnya di desa Rogoselo. Dari kota Pekalongan, desa wisata ini dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam.

Wisata Desa Rogoselo ini merupakan desa wisata yang isinya meliputi; wisata alam, yakni berupa bukit-bukit hijau yang masih sangat asri, sungai jernih yang mengalir, serta yang menarik adalah terdapatnya sumber mata air di desa ini. Selain wisata alam, di desa ini juga terdapat wisata religi, yakni berupa Makam Ki Gede Atas Angin.

Perjalanan kami dari kota Pekalongan menuju lokasi yakni menggunakan truk angkut. Kebayang, deh, satu truk berisi sekitar 60 an anak. Sumpek, berdempet-dempetan, bau keringat, bau ini, bau itu, debu, apalagi jika sopir mulai melakukan rem mendadak. Haduuh.. banting tangkap badan sanasini, deh.

Akan tetapi, jerih payah kami dalam perjalanan menggunakan truk tersebut telah tercicil balasnya oleh pemandangan sepanjang jalan sebelum Desa Rogoselo. Dan kini, jerih payah kami tersebut sudah berhasil terbayar dengan segala keindahan lokasi ini saat kami sampai di lokasi.

Kami turun dari truk tepat di suatu lapangan, yang  mana lokasinya tepat di pinggir sungai. Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di tempat ini, saya langsung tertarik pada sungainya yang mengalir deras dan sangat jernih. Serta merta dengan dinding tebing bukit yang hijau segar tanpa layu.


Pembaca bisa lihat, nih:



Maknyus, kan??

Selain untuk berwisata, tempat  ini bisa juga dialihfungsi sebagai tempatnya buang galau. Watchaaaww, buat kalian-kalian yang masih jadi atlet galau, tempat ini cucok banget buat kalian. Nih, buktinya:


Suara deras airnya yang jernih, membuat pikiran kita menjadi jernih pula. Serta didukung oleh pemandangannya yang hijau segar, tak membuat mata serta pikiran kita menjadi layu. Nggak cuman omkos, loh, ini. Ini seriuuss... Udah saya buktikan, kan, tuh, di fotonyaa.

Buat yang lagi couple, jangan ngiri, yah. Tempat ini juga nggak kalah cucoknya buat kalian. Selain kalian bakal dapet pemandangan indah cuma-Cuma, buat menuju ke tempat ini kalian cukup modal bensin ajaa. Bagaimana tidak? Lokasi wisata ini non-HTM, atau tidak ada pungutan karcis apapun. So, tunggu apalagi? Daripada kalian ke mall, Cuma buat nipisin dompet sekulit-kulitnya, mending kesini aja, tempatnya romantis pula. Mau bukti? Nih, buktinya:


Romantis, bukan?.
Huummm.... mesranyaaah... jadi envy ngliatnya L

Oke, selain saya membuktikan pada pembaca, betapa nikmatnya suasana di lokasi wisata ini, yang pas untuk bergalau dan ber-romant ria, selanjutnya pembaca akan saya ajak untuk mengintip para bidadari yang tengah asyik bermandian sehingga mereka lupa bahwa seluruh selendangnya mungkin telah hilang dicuri angin.



Siapa sangka, sungai ini juga bisa dijadikan pertunjukkan atraksi lompat indah, loh!
nooh, liaat...


Tak kalah istimewa, wisata alam Rogoselo ini memiliki mata air yang terkenal. Pembaca pernah melihat air mineral kemasan bermerek “Air Mata Rogoselo” ?
Yap, air minum tersebut asli made in desa Rogoselo. Benar-benar masih asli, diambil ditempat. Dan jangan diragukan kehigienisannya, air minum asli dari mata air Rogoselo ini sudah diuji kehigienisannya.

            Saya juga sangat terkesan oleh dua fenomena yang terjadi di desa wisata ini. Yang pertama adalah, saat siang hari, kita akan ditemani oleh banyak sekali kupu-kupu yang saling beterbangan kian kemari. Sama seperti penduduk desa tersebut, kupu-kupu disini sangat ramah.


Tuh liat, seneng bangeet bisa bermain dengan si kupu-kupu. Sungguh indah saat kita berjalan di lokasi ini, sudah disuguh dengan pemandangan yang indah, ditambah oleh sambutan para kupu-kupu cantik pula.

Itu untuk fenomena siang hari. Saat malam hari pun langit tak mau kalah memancarkan keindahannya guna memikat orang-orang di desa wisata ini. Yang biasanya kami hanya menikmati gelap di kota dengan hiasan-hiasan lampu pinggir jalan, kini kita bisa menikmati indahnya gelap desa, benar-benar gelap, dan hanya terhiasi oleh bintang-bintang yang terlihat amat dekat dengan kita. Bintang-bintang banyak bertaburan di atas sana. Sangat jarang kita temui di kota. Terlihat sangat banyak, sangat dekat, dan.. sangat menawan.

So, masih aja nyari destinasi wisata alam yang masih asri alami, indah, murah meriah, dan berkesan?. Dateng aja ke Wisata Alam Desa Rogoselo ini!!. Nggak ada ruginya, loh!



Rabu, 28 Januari 2015

Halus Abu Kawah Sikidang

Hai, warga nusantara! Kali ini saya akan menceritakan tentang salah satu destinasi saya saat saya sedang melaksanakan kegiatan LAA (Lintas Alam Ambalan) yang diadakan oleh pramuka di sekolah saya. Salah satu destinasi kami adalah kawah Sikidang. Kawah ini terletak di sebelah selatan Kawasan Wisata Dieng, sekitar 1,5 KM dari lokasi wisata Obyek Wisata Candi Arjuna.

Saat pertama kami sampai di lokasi wisata kawah Sikidang, kami disuguh dengan pasar kecil yang mayoritas pedagangnya berjualan makanan serta minuman. Banyak juga yang menjual makanan khas Dieng, yakni manisan carica. Ada juga beberapa unjuk seni khas Dieng yang ditampilkan secara kecil-kecilan di lokasi wisata tersebut, sehingga menambah keunikan serta hiburan di obyek wisata kawah Sikidang ini.

Kawah Sikidang merupakan salah satu kawah di dataran tinggi Dieng. Kawah Sikidang terkenal dengan lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah layaknya kijang.  Ketika kita memasuki lokasi wisata kawah Sikidang ini, bisa kita lihat dengan jelas sebuah kawah berbentuk oval telur dengan adanya uap air mendidih diatasnya. Jangan heran jika di lokasi ini banyak sekali orang berjualan masker penutup hidung. Tak lain dan tak bukan ialah karena memang aroma belerang di lokasi kawah ini sangat menyengat.


foto bersama sahabat saya, tepat di pinggir kawah

Ada sebuah cerita rakyat Jawa Tengah mengenai asal mula kawah Sikidang. Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan di daerah Dieng, disana tinggal seorang putri yang sangat cantik bernama putri Shinta Dewi. Kala itu, ada seorang pangeran yang kaya raya bernama pangeran Kidang Garungan. Mendengar kabar bahwa putri Shinta Dewi merupakan putri yang cantik jelita, pangeran Kidang Garungan pun berniat untuk meminangnya. Pangeran Kidang Garungan pun langsung mengutus salah satu utusannya untuk menuju ke kerajaan tempat putri Shinta Dewi tinggal, guna menyampaikan niat pangeran untuk meminang putri Shinta Dewi.

Mendengar penjelasan dari utusan Kidang Garungan, Shinta Dewi pun langsung menerima pinangan Kidang Garungan. Hal ini disebabkan karena Shinta Dewi tertarik dengan segala kekayaan yang dimiliki Kidang Garungan. Shinta Dewi menyuruh utusan Kidang Garungan untuk menyampaikan kalimat persetujuannya kepada sang pangeran Kidang Garungan.

Setelah mendengar kabar dari utusannya, Kidang Garungan pun sangat gembira. Sang pangeran pun langsung menyiapkan diri serta kereta indah berlapis emas. Kidang Garungan juga menyiapkan berbagai hadiah yang sangat mewah dan indah untuk dipersembahkan kepada putri Shinta Dewi.

Tak lama kemudian, Pangeran Kidang Garungan tiba di istana Putri Shinta Dewi. Betapa terkejutnya putri Shinta Dewi saat melihat raga dari pangeran Kidang Garungan yang akan meminangnya. Bagaimana tidak? Badan Kidang Garungan memang tegap dan gagah, namun kepalanya berbentuk kepala kijang jantan lengkap dengan kedua tanduknya.

Segera putri Shinta Dewi memanggil para dayang dan mengatakan bahwa ia ingin menolak lamaran dan mrmbatalkan persetujuan namun merasa tidak enak. Tapi pada akhirnya, Shinta mendapat ide. Ia meminta para prajurit kerajaan bersiap-siap menerima perintahnya.

Kemudian Shinta meminta sesuatu sebagai syarat kepada Kidang Garungan. Yakni jika Kidang garungan ingin menikahinya, Kidang Garungan harus membuatkan sumur yang sangat dalam dan besar untuk bermandi bersama nantinya. Pangeran Kidang Garungan pun menyetujui permintaan Shinta.

Setelah beberapa lama, permintaan Shinta Dewi pun hampir selesai. Melihatnya, Shinta Dewi menjadi ketakutan. Dalam keadaan panik, tanpa berpikir panjang Shinta Dewi memerintahkan para prajuritnya untuk menimbun lubang tersebut dengan tanah agar Kidang Garungan tertimbun tanah. Lubang itu pun tertimbung oleh tanah sehingga menutupi tubuh Pangeran Kidang Garungan. Mengetahui bahwa perilaku tersebut dilakukan atas utusan Shinta Dewi yang berencana menggagalkan pernikahan, Kidang Garungan menjadi sangat marah. Ia langsung berusaha keluar dari timbunan tanah tersebut. Maka terjadilah sebuah ledakan besar ketika sang Pangeran berusha keluar. Namun, sebelum prangeran berhasil keluar, Shinta Dewi mengutus kedua kalinya para prajurit untuk menimpun tanah. Para prajurit pun menurutinya, sehingga pangeran tidak mampu keluar dari lubang tersebut.

Menyadari bahwa dirinya tidak bisa keluar, Pangeran Kidang Garungan pun merasa sangat marah dan sakit hati. Karenanya, ia memberikan kutukan kepada Putri Shinta Dewi bahwa keturunan Shinta Dewi akan memiliki rambut yang gimbal. Pangeran berteriak dari dalam lubang, “Hai Shinta Dewi! Apa yang kau lakukan sungguh sangat keterlaluan! Semoga semua keturunanmu akan memiliki rambut gimbal.”

Sampai saat ini, sumur buatan pangeran Kidang Garungan tersebut masih meledak-ledak hingga membuat tanah diatasnya bergetar. Masyarakat sekitar sumur tersebut menamainya dengan nama Kawah Sikidang yang dalam bahasa jawa berarti Kijang.

Itu tadi merupakan sekilas sejarah kawah Sikidang, yang dipetik dari buku Ensiklopedi Toponimi Eks.Karesidenan Kedu, pada bab legenda Kawah Sikidang.

foto saya bersama tiga kawan saya, masih tepat
di pinggir kawah


Walaupun bau belerang di sekitar kawah ini sangat menyengat, bukan merupakan penghalang wisatawan untuk berkunjung di obyek wisata ini. Pada kenyataannya, jumlah pengunjung di obyek ini selalu banyak. Tak jarang juga wisatawan asing yang berkunjung di tempat ini.

Pada obyek wisata ini juga banyak kita dapati ibu-ibu pengumpul belerang. Belerang disini merupakan belerang yang sudah mengeras menyerupai batu. Disini juga banyak terdapat jasa foto dengan kuda putih atau pun dengan moto gede dengan latar belakang kawah sikidang.


Tak akan rugi bagi pengunjung yang mengunjungi obyek wisata ini. Karena selain bisa melihat panorama uap mendidih di kawah, mendapatkan spot foto alam yang keren, menikmati makanan khas Dieng, carica dan mie ongklok, menyaksikan berbagai kesenian khas Dieng, kawah Sikidang juga dekat dengan obyek-obyek wisata yang lain, seperti; Telaga warna dan telaga pengilon, kompleks Candi Arjuna, dll. Untuk yang suka adventure, tempat ini cocok banget kamu kunjungin!


Selasa, 27 Januari 2015

Deras Hijau Desa Lolong


            Desa Lolong. Mengapa saya opsikan sebagai wisata alam?. Ya, karena desa ini sangat memiliki potensi wisata yang tinggi. Desa ini pun sudah dikenal masyarakat sekitar kota dan kabupaten Pekalongan. Kini saatnya saya akan lebih meluaskan kepada masyarakat Jawa Tengah, bahkan masyarakat seantero nusantara.

            Desa lolong terletak di kecamatan Karanganyar, kabupaten Pekalongan, provinsi Jawa Tengah. Untuk menuju desa Lolong dari kota Pekalongan, membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Desa Lolong berada di Tenggara kecamatan Kajen, sebagai ibu kota kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Dari jalur pantura, lokasi ini memiliki jarak yang cukup jauh, yaitu sekitar 34 km dari arah jalan pantura. Jika dari arah Jakarta, lokasi ini dapat ditempuh melalui rute jalur pantura Wiradesa – Kajen, Karangayar lalu tiba di Desa Lolong. Sedangkan dari arah Semarang, bisa menempuh rute kota Pekalongan – Buaran – Kedungwuni – Wonopringgo – Karanganyar hingga ke desa Lolong.

            Dalam perjalanan kita akan melihat hamparan hijau kebun durian. Desa ini juga dikenal sebagai penghasil durian. Hampir tiap tahun diadakan festival durian yang berlokasi di lapangan desa Lolong. Festival ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Bagaimana tidak?  Pada festival ini pengunjung cukup mengeluarkan Rp 30.000 saja untuk makan durian sepuasnya!. Waw, bagi anda sang durian holic, bisa tuh dijadikan destinasi saat berwisata nanti. Selain festival durian, desa Lolong juga mengadakan agenda selamatan petik durian dan kontes durian unggul.


 Di satu sisi, akan terlihat pula hutan milik perhutani yang begitu lebatnya. Hamparan kebun durian dan hutan perhutani yang sangat lebat inilah yang membuat udara di desa Lolong menjadi sejuk.

                  Jalanan dengan sisi hamparan kebun durian dan hutan perhutani


                                                      Ini dia hasil kebunnyaaa...

                                                Hmm.. menggiurkan bukaan?

                               Ayoo mumpung tinggal dua tuh, mau yang manaa?

Setelah kita melewati perjalanan yang dihiasi hamparan kebun durian dan hutan milik  pertuhani, serta banyak sekali pedagang-pedagang buah durian, kita akan sampai di puncaknya desa wisata Lolong ini. Disini kita akan menjumpai sungai besar yang mengalir deras, airnya jernih dan segar. Bisa anda lihat pada foto ini;


Indah sekali, bukan?. Tak hanya itu, disini juga terdapat jembatan Lolong. Siapa yang tak kenal jembatan Lolong?. Jembatan ini terdapat dalam bait indah Ebiet G Ade yang berjudul Jembatan Batu. Yap, jembatan batu ini merupakan salah satu poin keunikan di desa Lolong. Jembatan ini sebagai pemisah sungan sengkarang dengan sungai wahyu. Konon katanya, dalam pembuatannya, jembatan ini dibuat oleh manusia yang mendapatkan tenaganya dari makhluk lain alias orang sekitar menyebutnya dengan jin. Namun dalam catatan sejarah, jembatan ini dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada tahun 1927. Jembatan ini merupakan saksi bisu yang melihat kegigihan para pejuang Pekalongan saat menghadapi tentara penjajahan Belanda. Jembatan ini juga pernah diliput di acara Mister Tukul Jalan-jalan. Penasaran seperti apa jembatan batu itu?


              Itu diaaa... dua gambar di atas merupakan rupa jembatan batu lolong

Selain itu, anda wajib melihat yang satu ini, nih;

                               lirik lagu Ebiet G Ade yang terpampang, diabadikan
                                              di salah satu batu dekat jembatan

Itu baru pengambilan gambar dari lokasi jembatannya. Pembaca penasaran bagaimana pemandangan jika dijepret dari atas jembatan?. Look at this ;



Foto di atas merupakan panorama dari atas jembatan. Aliran air masih terlihat deras, disebabkan oleh musim hujan. Namun begitu, lokasi ini masih saja banyak dikunjungi oleh wisatawan. Banyak aktivitas wisatawan yang dilakukan di lokasi tersebut. Diantaranya adalah memancing, bersantai sambil menikmati pemandangan di bilik view yang terdapat pada gambar diatas, piknik keluarga sambil menikmati belah duren, atau sekedar bermain air di sungai (jika arus tidak sedang deras).

            Namun, apa jadinya jika kebalikannya? Kita ambil gambar dari lokasi tersebut, untuk mengambil gambar jembatannya?. Ini dia!



Keren, bukan?. Jika diteliti, dinding bagian bawah jembatan ini terlihat seperti dinding-dinding kuno. Bagaimana tidak, jembatan ini saja sudah berdiri selama 88 tahun.
Kini, tak hanya kenikmatan durian, keindahan sungai berbatu, keunikan jembatan batu, dan udara yang sejuk saja yang dapat anda nikmati. Sungai ini pun juga dijadikan wisata adrenalin. Sungai ini merupakan sungai dengan jarak terpanjang untuk dijadikan adrenalin arung jeram atau rafting. Cocok untuk keluarga ataupun rombongan remaja. Apalagi bagi para pecinta alam.

                        kegiatan adrenalin arung jeram di sungai Sengkarang

Nah, tunggu apalagi?. Masih bingung cari objek wisata yang pas untuk mengisi liburan atau untuk hunting foto?. Di desa Lolong ini lah, yang pas dan cocok banget untuk dijadikan destinasi anda!. Mari berwisata ke desa Lolong!.