Kamis, 27 Oktober 2016

Sidringo, Ranukumbolo di Balik Puncak Dieng

Menikmati akhir pekan, sebagai mahasiswa kategori istri idamannya warteg, lebih cocok untuk menyambut long weekend dengan bercengkerama bersama alam. Bicara soal alam, pasti yang ada di benak wiholic1) adalah gunung. Yap, kegiatan mendaki gunung atau yang kerap disebut dengan 'muncak'. Tapi, lain halnya dengan pengalaman kulo2) satu ini, ketika kulo mencoba untuk menjajaki gerbang wisata baru yang terdapat di kabupaten Batang - Jawa Tengah. Letaknya berbatasan langsung dengan kabupaten Wonosobo, khususnya dataran tinggi Dieng. Langsung saja kulo sebut sebagai kembaran dari Ranukumbolonya Batang. Tak hanya sampai disini saja, masih ada beribu deskripsi keindahan yang ada di destinasi wisata satu ini. Ingin tahu seperti apa Ranukumbolonya Batang?. Sumonggo, mari simak lebih lanjut!
1)        Wiholic: wisata holic (pecinta kegiatan wisata/touring)
2)        Kulo: dalam bahasa jawa: Kulo.

Provinsi Jawa Tengah identik dengan tanahnya yang subur. Walaupun sudah banyak tanah-tanah gembur, sawah, dan hutan disulap menjadi perumahan, industri, dan bangunan lainnya, lain halnya dengan tempat satu ini. Yap, kabupaten Batang. Jika dikisarkan menggunakan presentase, dari 100%, wilayah keramaian padat penduduk dan bangunan hanya 30% saja. Sisanya merupakan perbukitan yang dihampari oleh persawahan, kebun, dan hutan. Tak heran jika Batang mengandalkan alamnya sebagai objek sektor pariwisata. Batang merupakan lokasi yang unik, terdiri dari bujur pantai dan pegunungan. Kali ini, kulo bakal ngajakin wiholic buat ikutan explore Batang.

Start dari pusat kota di kabupateng Batang, yakni alun-alun Batang. Dilanjut melalui jalur ke selatan, belum sampai  3 km kami menyusuri jalan, kami sudah disuguhi oleh kebun-kebun yang setia mengiringi perjalanan kami untuk menuju ke destinasi tujuan kami.

Baiklah, bicara soal tujuan kami. Pertama, saat itu beranda media sosial yang orang-orang beri nama ‘instagram’ selalu dipenuhi dengan postingan foto salah satu official account promosi wisata di kabupaten Batang. Satu, dua, bahkan lebih dari tiga akun sedang hobi-hobinya mengunggah foto dari satu destinasi baru ini. Mereka bilang, tempat ini belum banyak dijamah orang biasa. Orang biasa? Apa maksudnya?

Dilihat dari foto, jelas sekali keindahan yang terpampang di tempat itu. Tidak percaya??

(Sumber: official account instagram @instabatang)


(Sumber: official account instagram @instabatang)

(Sumber: dokumen pribadi)

Pemandangan sebuah telaga yang dikelilingi oleh deret pegunungan berhasil mengulik ketertarikan kulo untuk memasukkan destinasi tersebut ke dalam jadwal holiday kali ini. Tanpa banyak babibu, kulo langsung mengajak beberapa kawan lama untuk menikmati keindahan destinasi ini. Pada akhirnya, berangkatlah kami ber-empat menuju ke destinasi ini.

Sebelumnya, kami mencoba untuk mencari informasi lokasi destinasi tersebut menggunakan aplikasi google maps. Disitu tertera, membutuhkan waktu selama 57 menit dari pusat kota untuk mencapai desa Gerlang, kecamatan Blado, kabupaten Batang.

Yap, Telaga Sidringo. Dikenal sebagai Ranukumbolonya Batang. Terletak di desa Gerlang, kecamatan Blado, kabupaten Batang. Tersimpan satu lagi keindahan alam yang menakjubkan, sebuah telaga yang dikelilingi oleh deret pegunungan, letaknya berbatasan langsung dengan kabupaten Banjarnegara. Bersandingan juga dengan lokasi wisata dataran tinggi Dieng. Mengapa bisa dinamai dengan nama Sidringo? Karena konon, di sekitar telaga ini dikelilingi oleh tumbuhan Dringo dengan jumlah yang sangat banyak, namun masyarakat mengaku tidak pernah menanam tumbuhan tersebut. Sehingga pantaslah nama Sidringo diberikan untuk surga wisata tersembunyi ini. Telaga Sidringo juga sering dijadikan lokasi camping oleh para wisatawan, baik yang datang dari wisata Dieng, maupun yang benar-benar berniat untuk nge-camp di Sidringo ini.

Medan perjalanan untuk mencapai lokasi ini termasuk medan yang ekstreme (maklum, karena objek wisata baru). Jalur berkelok naik turun semi vertikal membuat kesan adrenalin tersendiri untuk menuju Sidringo. Namun yang kulo rasakan saat itu bukanlah sulitnya bertempur dengan medan, tapi sulitnya untuk berpaling dari pemandangan di kanan kiri selama perjalanan. Karena selama perjalanan, semakin ke atas semakin totalitas dalam penyuguhan pemandangan. Dimulai dari perkebunan, sawah terasering, kebun sayuran, hamparan kebun teh, hutan pinus, dan ada satu titik puncak jalur yang benar-benar memberikan efek lepas pandang di sisi sebelah kirinya, yakni landscape view yang luas, berhampar sawah terasering, perbukitan, dan hijau lainnya.

(sumber: dokumen pribadi)

(sumber: dokumen pribadi)

Sesampainya di lokasi, benar-benar tidak ada kata selain “Bagus bangeeet”, “Parah, postingan di instagram ga nipu coy”, “fix aku mau wedding party disini”. Terbayar sudah perjuangan trip kami yang kurang lebih memakan waktu 2,5 jam. Masih ingat di paragraf sebelumnya, kulo menyebutkan bahwa di google maps hanya membutuhkan waktu 57 menit?. Lupakan soal itu -_-

Unggahan foto yang kulo lihat di beberapa unggahan media sosial memang benar adanya. Ranukumbolo yang keindahannya sudah pernah kulo nikmati meski baru dari internet, kini kulo benar-benar menemukan kembarannya. Sebuah telaga yang terbentang luas, dikelilingi penuh dengan deret pegunungan, langit yang cerah menyelimuti dan sesekali kabut turun menghampiri, udara yang sangat sejuk, bisa menjadi paket hemat disini, karena cukup mengeuarkan kocek goceng, kami sudah bisa menikmati keindahan di surga tersembunyi di balik puncak Dieng ini.

Yapp, tunggu apa lagi pembaca? Yuk, jadikan Telaga Sidringo sebagai list travelling holidaymu nanti!


- Tulisan ini diikutsertakan dalam lomb Blog Visit Jawaa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @visitjawatengah (www.twitter.com/visitjawatengah;) -

Kamis, 17 September 2015

UNTUKMU, NUN

Oleh: Asayuta
Boleh?
Ya, tak lain mulut katakan itu

Boleh
Ya, ucap tuturmu lalu

Aku tak tahu apa itu berdendang
Selain petikan enam tali ayu
Bersama alunan sendu suara

Aku tak tahu apa itu menyair
Selain indah kencana kata
Bersama bungkamnya bibir segala

Aku tak tahu apa itu damai
Selain lengkungan utah pelangi gelap
Tatkala petir kemarau berbuncah ruah

Daku tanya lalui angin
Tuk harap jawab lalui hujan
Katakan tak lain cermin insanmu
Nun.

Sabtu, 21 Februari 2015

MENUJU 99 TAPAK

Karya : Asayuta Nisaulhaya

Di penghujung rangkaian sujudku
Ku sempatkan ujung dahanku ini
Menghempas lembutnya angin         
Satu,
Hempaslah ujung dahanku ke kanan
Pelan..           
Dua,
Hempaslah ujung dahanku ke kiri
Pelan..

      Terbanglah rantingku
      Menuju teras dahan
      Usapkan disana
      Mengucap rasa syukur

Terbenam lagi rantingku
Menuju ke pangkuan syahdu
Tersentuh indah dinding tuan jariku
Oleh lembutnya tapakan demi tapakan anak ranting
Anak tuan, telunjuk jariku

        Tak ingin kalah
        Deru lembut tapakan tuan jariku
        Menapak indah ruas demi ruas
        Pada kawan dinding lainnya

Puji Syukur
Mohonku ampunanMu
Kagum cintaku padaMu
Ya Allah..

Indah dzikir ini untukMu

Puisi ini merupakan puisi hasil karya saya, yang kemudian berhasil masuk ke buku Antologi puisi 'Kitab Cinta Kota Batik Dunia' yang diluncurkan oleh Teater KiTA kota Pekalongan. Buku tersebut berisi 140 karya puisi dari hasil lomba menulis puisi dengan tema 'puisi cinta' yangmana diikuti oleh beberapa peserta asal kota Pekalongan sendiri, serta beberapa kota di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, bahkan Kalimantan, Madura, Jogjakarta, dan Jakarta.

Sabtu, 14 Februari 2015

Lembar Warni Telaga Warna

Hai, para wiholic (Wisata Holic)!

Di postingan ini, kulo mau ceritain pengalaman seru kulo saat kulo mengunjungi salah saatu destinasi wisata di dataran tinggi Dieng. Selain kulo dan kawan-kawan mengunjungi berbagai obyek wisata di daerah dataran tinggi Dieng, kini tibalah kami di obyek wisata Telaga Warna. Hanya dengan dua ribu rupiah, kami sudah bisa masuk ke obyek wisata andalan ini. Pasti wiholic bertanya-tanya, dapet apa, sih, dengan dua ribu rupiah tersebut?


Hm, mengenai apa yang kita dapatkan, itu jangan ditanya dulu. Karna nantinya, saat wiholic sudah melewati gerbang keluar, wiholic bakal bertanya-tanya, bagaimana bisa dengan dua ribu rupiah tadi kita bisa menikmati obyek wisata yang menawan ini?

Jadi gini, nih, saat kulo bersama temen-temen kulo yang saat detik itu udah jadi bule negro lokalan mengunjungi obyek wisata ini, kami tak hanya melihat satu atau dua wisatawan asing (non lokal lho, yaaa). Kami melihat banyak sekali wisatawan asing yang mengunjungi obyek wisata tersebut. Itu berarti, obyek wisata ini bukan merupakan obyek wisata kecil. Itu berarti obyek wisata ini sudah dikenal oleh para wisatawan asing. Tak hanya wisatawan asing, wisatawan domestik pun tak kalah banyak kami temui di Telaga Warna ini. Wooww, lares maneeess, nih wisata.

Yap, sebelum kulo lanjut mengenai apa dan bagaimana obyek wisata ini, kulo punya sedikit cerita legenda Telaga Warna yang kulo baca dari buku Ensiklopedi Toponimi Eks Karesidenan Kedu.
Konon, ada satu telaga yang dihinggapi pakaian serta selendang milik sang ratu dan putrinya. Saat itu, sang ratu dan putrinya sedang asyik berkecimpung di dalam salah satu telaga yang airnya sangat sejuk serta tenang. Telaga tersebut dinamakan dengan Telaga Pengilon. Saat selendang milik ratu dan putri yang berwarna-warni terjatuh di salah satu telaga lain, sesaat air telaga itu berubah warnanya, lalu terciptalah telaga warna sebagai akibat jatuhnya pakaian sang ratu dan putrinya (“yang luntur”) ke dalam air telaga itu.

Itu dia, wiholic, sedikit cerita legenda mengenai terbentuknya Telaga Warna. Hingga saat ini pun telaga ini memiliki warna air yang sangat ayu. Telaga ini diwarnai dengan warna gradasi hijau, semakin ke pusat, semakin pucat warna hijaunya.



Naaah... cantik, kan?. Telaganya maksudnya... bukan orangnya.. Eitt, tapi kalo wiholic bilang orangnya yang cantik juga gapapa ding, mudah-mudahan wiholic bisa kecipratan cantiknya orang yang ada di foto itu hehe *apasih-_-*.

Selain dengan kecantikan warna airnya, Telaga Warna ini dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang menambah cantiknya pemandangan di obyek wisata ini. Cocoook banget buat para muda yang hobi jepret-menjepret.

Wiholic, wiholic perlu tahu bahwa di telaga warna ini, ada dua batang ranting yang entah, mungkin karena roboh lama atau bagaimana, dua ranting ini letaknya menjorok ke telaga. Bisa dilihat di foto kulo di atas tadi. Itu merupakan batang pohon yang pertama, untuk sampai dan berdiri di tempat kulo tersebut, benar-benar dibutuhkan adrenalin yang kuat, karena ketika sekali saja batang ini diinjak, goyangnya nggak habis-habis!. Huu ngeriii.

Lalu ada satu batang pohon lagi, batang ini lebih bagus bentuknya, dan yang pasti batang ini dua kali lebih panjang ukurannya. Bayangin aja deh, betapa kerennya siapapun yang berani menaikinya dan berjalan hingga ujung.

Weittt, wiholic wajib liat foto ini :



Wiholic nggak perlu liat orangnya, bahkan wajahnya, yah. Karna sangat mustahil buat wiholic yang demen mau liat wajahnya. Yang penting, yang ingin kulo tunjukin disini adalah batang pohon kedua yang panjangnya mencapai dua kali lipat dari batang pohon  yang pertama. Sayang oh sayang, adrenalin kulo enggak nyampe ujung yang paling ujungnya, noh, disonoo, wiholic bisa liat sendiri kayak apa bentuknya. Bukannya apa-apa, sih, Cuma kulo nggak mau aja kalo telaga warna yang ayu ini mendadak berubah menjadi telaga candy chocolate yang disebabkan karena warna cokelat dari kulitku, serta manisnya diriku *maaakk-_-*.

Warna air yang ayu, dikelilingi oleh bukit-bukit hijau, cocok buat hunfot, apalagi??
Banyak laginya!. Wisata ini juga menyediakan wahana adrenalin lainnya, yakni wahana Flying Fox

Lihat ini :



Waaww... keren gilak!. Tak hanya itu, loh laginya. Jika kita terus mengelilingi telaga ini, kita akan menemukan beberapa gua, yakni ada Gua Semar Pertapaan Mandalasari Begawan Sampurna Jati, Gua Sumur Eyang Kumalasaari, dan Gua Jaran Resi Kendaliseto. Selain itu, ada pula Batu Tulis Eyang Purbo Waseso.

Lengkap sudah, bukan?. Bagaimana?. Ada yang bisa menjawab pertanyaan saya di awal tadi?
Mengenai bagaimana bisa hanya dengan dua ribu rupiah kita bisa menikmati berbagai keindahan serta keunikan yang ada di obyek wisata Telaga Warna ini?.
Mungkin tak cukup bagi para wiholic yang cuma baca postingan ini. Kini wiholic harus ikut berkunjung dan menikmati pula keindahan salah satu destinasi wisata yang ada di nusantara tercinta ini.

Mari, berwisata keliling Nusantara!!


Selasa, 10 Februari 2015

Sejuk Rogoselo, Sejuk Air Mataku



Hmm.. Indah menawan bukan?.

Ya, pemandangan seperti itu bisa pembaca nikmati di salah satu wisata alam di kabupaten Pekalongan yang pernah saya kunjungi.

Saat itu saya mengunjungi tempat ini pada saat kegiatan Pengukuhan Pramuka Bantara. Begitu nikmatnya kegiatan ini dengan lumuran pemandangan seperti gambar diatas, dan dengan segala fasilitas-fasilitas alami yang bisa didapatkan di desa wisata ini.

Wisata Alam ini terletak kurang lebih 14 km dari ibu kota kecamatan Doro, tepatnya di desa Rogoselo. Dari kota Pekalongan, desa wisata ini dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam.

Wisata Desa Rogoselo ini merupakan desa wisata yang isinya meliputi; wisata alam, yakni berupa bukit-bukit hijau yang masih sangat asri, sungai jernih yang mengalir, serta yang menarik adalah terdapatnya sumber mata air di desa ini. Selain wisata alam, di desa ini juga terdapat wisata religi, yakni berupa Makam Ki Gede Atas Angin.

Perjalanan kami dari kota Pekalongan menuju lokasi yakni menggunakan truk angkut. Kebayang, deh, satu truk berisi sekitar 60 an anak. Sumpek, berdempet-dempetan, bau keringat, bau ini, bau itu, debu, apalagi jika sopir mulai melakukan rem mendadak. Haduuh.. banting tangkap badan sanasini, deh.

Akan tetapi, jerih payah kami dalam perjalanan menggunakan truk tersebut telah tercicil balasnya oleh pemandangan sepanjang jalan sebelum Desa Rogoselo. Dan kini, jerih payah kami tersebut sudah berhasil terbayar dengan segala keindahan lokasi ini saat kami sampai di lokasi.

Kami turun dari truk tepat di suatu lapangan, yang  mana lokasinya tepat di pinggir sungai. Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di tempat ini, saya langsung tertarik pada sungainya yang mengalir deras dan sangat jernih. Serta merta dengan dinding tebing bukit yang hijau segar tanpa layu.


Pembaca bisa lihat, nih:



Maknyus, kan??

Selain untuk berwisata, tempat  ini bisa juga dialihfungsi sebagai tempatnya buang galau. Watchaaaww, buat kalian-kalian yang masih jadi atlet galau, tempat ini cucok banget buat kalian. Nih, buktinya:


Suara deras airnya yang jernih, membuat pikiran kita menjadi jernih pula. Serta didukung oleh pemandangannya yang hijau segar, tak membuat mata serta pikiran kita menjadi layu. Nggak cuman omkos, loh, ini. Ini seriuuss... Udah saya buktikan, kan, tuh, di fotonyaa.

Buat yang lagi couple, jangan ngiri, yah. Tempat ini juga nggak kalah cucoknya buat kalian. Selain kalian bakal dapet pemandangan indah cuma-Cuma, buat menuju ke tempat ini kalian cukup modal bensin ajaa. Bagaimana tidak? Lokasi wisata ini non-HTM, atau tidak ada pungutan karcis apapun. So, tunggu apalagi? Daripada kalian ke mall, Cuma buat nipisin dompet sekulit-kulitnya, mending kesini aja, tempatnya romantis pula. Mau bukti? Nih, buktinya:


Romantis, bukan?.
Huummm.... mesranyaaah... jadi envy ngliatnya L

Oke, selain saya membuktikan pada pembaca, betapa nikmatnya suasana di lokasi wisata ini, yang pas untuk bergalau dan ber-romant ria, selanjutnya pembaca akan saya ajak untuk mengintip para bidadari yang tengah asyik bermandian sehingga mereka lupa bahwa seluruh selendangnya mungkin telah hilang dicuri angin.



Siapa sangka, sungai ini juga bisa dijadikan pertunjukkan atraksi lompat indah, loh!
nooh, liaat...


Tak kalah istimewa, wisata alam Rogoselo ini memiliki mata air yang terkenal. Pembaca pernah melihat air mineral kemasan bermerek “Air Mata Rogoselo” ?
Yap, air minum tersebut asli made in desa Rogoselo. Benar-benar masih asli, diambil ditempat. Dan jangan diragukan kehigienisannya, air minum asli dari mata air Rogoselo ini sudah diuji kehigienisannya.

            Saya juga sangat terkesan oleh dua fenomena yang terjadi di desa wisata ini. Yang pertama adalah, saat siang hari, kita akan ditemani oleh banyak sekali kupu-kupu yang saling beterbangan kian kemari. Sama seperti penduduk desa tersebut, kupu-kupu disini sangat ramah.


Tuh liat, seneng bangeet bisa bermain dengan si kupu-kupu. Sungguh indah saat kita berjalan di lokasi ini, sudah disuguh dengan pemandangan yang indah, ditambah oleh sambutan para kupu-kupu cantik pula.

Itu untuk fenomena siang hari. Saat malam hari pun langit tak mau kalah memancarkan keindahannya guna memikat orang-orang di desa wisata ini. Yang biasanya kami hanya menikmati gelap di kota dengan hiasan-hiasan lampu pinggir jalan, kini kita bisa menikmati indahnya gelap desa, benar-benar gelap, dan hanya terhiasi oleh bintang-bintang yang terlihat amat dekat dengan kita. Bintang-bintang banyak bertaburan di atas sana. Sangat jarang kita temui di kota. Terlihat sangat banyak, sangat dekat, dan.. sangat menawan.

So, masih aja nyari destinasi wisata alam yang masih asri alami, indah, murah meriah, dan berkesan?. Dateng aja ke Wisata Alam Desa Rogoselo ini!!. Nggak ada ruginya, loh!



Rabu, 28 Januari 2015

Halus Abu Kawah Sikidang

Hai, warga nusantara! Kali ini saya akan menceritakan tentang salah satu destinasi saya saat saya sedang melaksanakan kegiatan LAA (Lintas Alam Ambalan) yang diadakan oleh pramuka di sekolah saya. Salah satu destinasi kami adalah kawah Sikidang. Kawah ini terletak di sebelah selatan Kawasan Wisata Dieng, sekitar 1,5 KM dari lokasi wisata Obyek Wisata Candi Arjuna.

Saat pertama kami sampai di lokasi wisata kawah Sikidang, kami disuguh dengan pasar kecil yang mayoritas pedagangnya berjualan makanan serta minuman. Banyak juga yang menjual makanan khas Dieng, yakni manisan carica. Ada juga beberapa unjuk seni khas Dieng yang ditampilkan secara kecil-kecilan di lokasi wisata tersebut, sehingga menambah keunikan serta hiburan di obyek wisata kawah Sikidang ini.

Kawah Sikidang merupakan salah satu kawah di dataran tinggi Dieng. Kawah Sikidang terkenal dengan lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah layaknya kijang.  Ketika kita memasuki lokasi wisata kawah Sikidang ini, bisa kita lihat dengan jelas sebuah kawah berbentuk oval telur dengan adanya uap air mendidih diatasnya. Jangan heran jika di lokasi ini banyak sekali orang berjualan masker penutup hidung. Tak lain dan tak bukan ialah karena memang aroma belerang di lokasi kawah ini sangat menyengat.


foto bersama sahabat saya, tepat di pinggir kawah

Ada sebuah cerita rakyat Jawa Tengah mengenai asal mula kawah Sikidang. Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan di daerah Dieng, disana tinggal seorang putri yang sangat cantik bernama putri Shinta Dewi. Kala itu, ada seorang pangeran yang kaya raya bernama pangeran Kidang Garungan. Mendengar kabar bahwa putri Shinta Dewi merupakan putri yang cantik jelita, pangeran Kidang Garungan pun berniat untuk meminangnya. Pangeran Kidang Garungan pun langsung mengutus salah satu utusannya untuk menuju ke kerajaan tempat putri Shinta Dewi tinggal, guna menyampaikan niat pangeran untuk meminang putri Shinta Dewi.

Mendengar penjelasan dari utusan Kidang Garungan, Shinta Dewi pun langsung menerima pinangan Kidang Garungan. Hal ini disebabkan karena Shinta Dewi tertarik dengan segala kekayaan yang dimiliki Kidang Garungan. Shinta Dewi menyuruh utusan Kidang Garungan untuk menyampaikan kalimat persetujuannya kepada sang pangeran Kidang Garungan.

Setelah mendengar kabar dari utusannya, Kidang Garungan pun sangat gembira. Sang pangeran pun langsung menyiapkan diri serta kereta indah berlapis emas. Kidang Garungan juga menyiapkan berbagai hadiah yang sangat mewah dan indah untuk dipersembahkan kepada putri Shinta Dewi.

Tak lama kemudian, Pangeran Kidang Garungan tiba di istana Putri Shinta Dewi. Betapa terkejutnya putri Shinta Dewi saat melihat raga dari pangeran Kidang Garungan yang akan meminangnya. Bagaimana tidak? Badan Kidang Garungan memang tegap dan gagah, namun kepalanya berbentuk kepala kijang jantan lengkap dengan kedua tanduknya.

Segera putri Shinta Dewi memanggil para dayang dan mengatakan bahwa ia ingin menolak lamaran dan mrmbatalkan persetujuan namun merasa tidak enak. Tapi pada akhirnya, Shinta mendapat ide. Ia meminta para prajurit kerajaan bersiap-siap menerima perintahnya.

Kemudian Shinta meminta sesuatu sebagai syarat kepada Kidang Garungan. Yakni jika Kidang garungan ingin menikahinya, Kidang Garungan harus membuatkan sumur yang sangat dalam dan besar untuk bermandi bersama nantinya. Pangeran Kidang Garungan pun menyetujui permintaan Shinta.

Setelah beberapa lama, permintaan Shinta Dewi pun hampir selesai. Melihatnya, Shinta Dewi menjadi ketakutan. Dalam keadaan panik, tanpa berpikir panjang Shinta Dewi memerintahkan para prajuritnya untuk menimbun lubang tersebut dengan tanah agar Kidang Garungan tertimbun tanah. Lubang itu pun tertimbung oleh tanah sehingga menutupi tubuh Pangeran Kidang Garungan. Mengetahui bahwa perilaku tersebut dilakukan atas utusan Shinta Dewi yang berencana menggagalkan pernikahan, Kidang Garungan menjadi sangat marah. Ia langsung berusaha keluar dari timbunan tanah tersebut. Maka terjadilah sebuah ledakan besar ketika sang Pangeran berusha keluar. Namun, sebelum prangeran berhasil keluar, Shinta Dewi mengutus kedua kalinya para prajurit untuk menimpun tanah. Para prajurit pun menurutinya, sehingga pangeran tidak mampu keluar dari lubang tersebut.

Menyadari bahwa dirinya tidak bisa keluar, Pangeran Kidang Garungan pun merasa sangat marah dan sakit hati. Karenanya, ia memberikan kutukan kepada Putri Shinta Dewi bahwa keturunan Shinta Dewi akan memiliki rambut yang gimbal. Pangeran berteriak dari dalam lubang, “Hai Shinta Dewi! Apa yang kau lakukan sungguh sangat keterlaluan! Semoga semua keturunanmu akan memiliki rambut gimbal.”

Sampai saat ini, sumur buatan pangeran Kidang Garungan tersebut masih meledak-ledak hingga membuat tanah diatasnya bergetar. Masyarakat sekitar sumur tersebut menamainya dengan nama Kawah Sikidang yang dalam bahasa jawa berarti Kijang.

Itu tadi merupakan sekilas sejarah kawah Sikidang, yang dipetik dari buku Ensiklopedi Toponimi Eks.Karesidenan Kedu, pada bab legenda Kawah Sikidang.

foto saya bersama tiga kawan saya, masih tepat
di pinggir kawah


Walaupun bau belerang di sekitar kawah ini sangat menyengat, bukan merupakan penghalang wisatawan untuk berkunjung di obyek wisata ini. Pada kenyataannya, jumlah pengunjung di obyek ini selalu banyak. Tak jarang juga wisatawan asing yang berkunjung di tempat ini.

Pada obyek wisata ini juga banyak kita dapati ibu-ibu pengumpul belerang. Belerang disini merupakan belerang yang sudah mengeras menyerupai batu. Disini juga banyak terdapat jasa foto dengan kuda putih atau pun dengan moto gede dengan latar belakang kawah sikidang.


Tak akan rugi bagi pengunjung yang mengunjungi obyek wisata ini. Karena selain bisa melihat panorama uap mendidih di kawah, mendapatkan spot foto alam yang keren, menikmati makanan khas Dieng, carica dan mie ongklok, menyaksikan berbagai kesenian khas Dieng, kawah Sikidang juga dekat dengan obyek-obyek wisata yang lain, seperti; Telaga warna dan telaga pengilon, kompleks Candi Arjuna, dll. Untuk yang suka adventure, tempat ini cocok banget kamu kunjungin!